top of page

Gema Ruang Alternatif UNJ: SangSang Hadir Wadahi Jiwa Kreativitas Mahasiswa


Ruang Alternatif, Penawar Belenggu Rasa Ingin Tahu Cendekiawan


Usia yang paling indah, katanya. Kita seringkali mendengar orang-orang yang sudah berumur mengatakan hal itu kepada anak muda yang baru saja mengawali usia dewasanya di awal usia 20-an tahun. Saya tidak menampik ini, sebagai seorang mahasiswa yang masih menjajaki awal semester perkuliahan, bagi saya, mahasiswa adalah belenggu yang masih mempertanyakan isi dunia. Kami dipenuhi kehausan ilmu pengetahuan di tengah lancarnya arus informasi berkemudi di masa kini.


Arus informasi itu memberikan saya pencerahan: bahwasannya apa yang saya dapatkan dari perkuliahan hanyalah secercah cahaya bagi kami semua untuk memuaskan rasa ingin tahu sebagai seorang cendekiawan. Nyatanya apa yang diberi oleh pembelajaran secara formal, tidak cukup memuaskan rasa ingin tahu kami sebagai pelajar. Ada banyak hal di dunia yang tak bisa dijelaskan secara gamblang, hingga akhirnya, munculah ruang alternatif sebagai alternatif dari polemik itu sendiri.


(Kelas vokal yang tersedia di Sangsang Univ.)


Kata “alternatif” di Indonesia bisa mendefinisikan banyak arti; namun mengutip makalah yang ditulis oleh Nuraini Juliastuti dan dipresentasikan dalam konferensi “Indonesia 10 Tahun Setelah” yang diadakan pada 22-23 Mei 2008 di East India House, University of Amsterdam, kata “alternatif” di Indonesia sebelumnya dikenal dalam ungkapan “media alternatif”. Media alternatif inilah yang digunakan sebagai istilah yang menggambarkan media yang menunjukkan perlawanan terhadap rezim Orde Baru.


Walaupun demikian, jika digabungkan dengan kata “ruang” yang berarti tempat, sela-sela di antara tiang, maka “ruang alternatif” adalah tempat bagi para pemuda sebagai penggagas ruang. Ruang-ruang alternatif ini tidak hanya mendemonstrasikan cara-cara baru dalam mendiskusikan seni dan budaya, tetapi juga menciptakan lanskap kreativitas.


Ruang Alternatif, Wadah dengan Berbagai Rupa bagi Masyarakat


Ruang alternatif itu di mana kita ngumpul bareng ngebahas satu topik yang sama orang-orang," ujar Masya.


Ruang alternatif itu bisa jadi tempat mahasiswa mengaktualisasi diri mereka sendiri, sih," kata Siti.


Bagi Masya dan Siti, mahasiswa yang belajar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ternyata ruang alternatif memiliki pengertian yang berbeda. Bagi Masya, sekadar mengobrol dengan topik yang sama dengan teman-temannya, maka itu artinya ia sudah memasuki ruang alternatif. Namun, Siti mengartikan ruang alternatif lebih mendalam. Baginya, ruang alternatif berperan penting bagi seorang individu dalam mengaktualisasikan dirinya sendiri. Saya dapat menyimpulkan pada dasarnya ruang alternatif adalah sesuatu yang membuat diri kita menjadi "bebas" dalam artian bebas bertindak, termasuk mengaktualisasikan segala hal yang ada pada diri kita sendiri.


(Potret mahasiswa bercengkrama di ruang bebas)


Menurut Bapak Syaifudin, dosen Sosiologi di UNJ, ruang alternatif ini menjadi bagian dari ruang yang bisa diakses masyarakat dengan mudah. Namun, perlu diperhatikan pula ruang lingkupnya. Ruang alternatif tak hanya berbicara soal diskusi acak yang terjadi di kalangan tertentu, tetapi juga isi topik dari diskusi itu sendiri. Dari apa yang saya lihat sebagai mahasiswa di era kehidupan society 5.0 ini, saya merasa bahwa dunia bergerak cepat dengan menghadirkan ruang alternatif yang bergerak di bidang kreatif dan teknologi.


Sangsang Hadir sebagai Ruang Alternatif Kreatif di UNJ


Kehidupan yang memasuki era society 5.0 inilah yang lantas tak luput lepas dari sentuhan kreativitas manusia. Dunia kreativitas semakin mengerucut, membuat manusia lantas menemukan dunianya yang ‘baru’ dan lebih menarik dari dunia nyatanya sendiri. Dunia kreatif yang dapat disebut sebagai lakon, cerita, hingga teknik marketing bermodal internet dan gawai.


Di Universitas Negeri Jakarta, Sangsang Univ. hadir dalam bentuk ruang alternatif yang bergerak di bidang kreativitas dan teknologi. Berawal dari kemurahan hati sebuah manajemen, Sangsang Univ adalah bagian dari program CSR perusahaan KT&G Korea Selatan. Sederhananya, CSR adalah ‘Corporate Social Responsibility’, sebuah program yang menyiasati tanggung jawab pengusaha terhadap masyarakat di sekitarnya.



Hal itu dilakukan Sangsang Univ. dengan menghadirkan kelas-kelas kreatif yang terkini di kalangan mahasiswa. Kelas ini tak sengaja dibuat begitu saja, tetapi juga memperhatikan ombak yang terjadi di kalangan pelajar. Misalnya, sebuah platform video singkat yang baru-baru ini viral lantas membawa satu topik yang deras; cara membuat kopi dalgona. Satu premis yang lantas membuat banyak cendekiawan penasaran. Sangsang Univ. pun mengambil kesempatan ini matang-matang dengan menghadirkan kelas barista, sebuah profesi yang selalu berkutat dengan biji-biji robusta.


Kelas-kelas Kreatif di Sangsang Univ.


Kelas-kelas inilah yang menjadi wadah tempat para mahasiswa melampiaskan hasrat kreatifnya. Tak hanya soal profesi, namun juga kesukaan dan hobi. Contoh lainnya adalah kelas make-up, olesan berbagai bahan yang dapat membuat wajah manusia tampak bernyawa, dengan kaum perempuan sebagai targetnya. Ini artinya, Sangsang Univ. lantas mampu menyediakan berbagai kelas yang datangnya dari mana saja.


Seperti yang sudah disinggung, tak selalu soal kreatif, Sangsang Univ. juga menyediakan kelas yang berbasis teknologi. Kelas inilah yang bersinggungan dengan "dunia kreatif" di era modern masa kini. Sebut saja Digital Marketing, Content Writer, hingga Business Planning, kelas-kelas yang tampak mahal ini disediakan oleh Sangsang Univ. tanpa meminta biaya sepeser pun. Lagi, Sangsang Univ. teguh dengan pendiriannya sebagai program yang murah hati kepada masyarakat.



Kelas-kelas yang diadakan di Sangsang Univ. ini biasa disebut "Kelas Reguler", di mana kelas biasanya diadakan jam satu siang hingga lima petang. Berdurasi kurang lebih satu jam, kelas pun diisi oleh pemateri yang unggul di bidangnya masing-masing. Misal saja, kelas Content Writing yang diisi oleh seorang reporter di sebuah media ternama, begitu pula kelas Business Plan yang diisi oleh seorang pengusaha yang namanya sudah terpampang di berbagai media. Mengikuti kelas di Sangsang Univ. lantas membuat kita merasa seperti menemukan timun emas yang berada di gelapnya hutan belantara.


Lebih dari itu, Sangsang Univ. mampu hadirkan apa yang dibutuhkan kami sebagai pelajar melalui ruang-ruang alternatif berbasis kreatif yang diselenggarakannya. Sangsang Univ. selalu menengok ke belakang, untuk melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan anak muda masa kini? Apa yang sebenarnya menjadi ombak bagi para pelajar masa kini? Kelas-kelas inilah yang menjadi "output" bagi mereka untuk terus memberikan kemurahan hati yang berkontribusi pada regenerasi bangsa mengikuti zaman yang ada. (SIGMA TV UNJ/Intan Safitri)



bottom of page