top of page

Melawan Arus: Aksi Massa Seruan Rawamangun - Mahasiswa dan Akademisi Bersatu Menuntut Perubahan



SIGMA TV UNJ - Rabu (28/2/2024) Aliansi Mahasiswa Se-Jabodetabek dan beberapa sivitas akademika Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menjalani “Aksi Massa Seruan Rawamangun.” Aksi ini dilakukan dengan beberapa tuntutan utama, yaitu menurunkan Presiden Jokowi, menstabilkan harga bahan pokok, serta penurunan biaya pendidikan dan kesehatan yang semakin melonjak tinggi.


Aksi ini diikuti oleh kurang lebih 250 mahasiswa UNJ, 100 mahasiswa dari Banten, dan 15 mahasiswa dari Karawang. Sedangkan, sejumlah mahasiswa dari kampus lain tidak dapat menghadiri aksi karena intervensi dari pihak internal kampusnya. Beberapa akademisi UNJ yang hadir diantaranya ialah, Ubedilah badrun M.Si, Prof. Dr. Hafidz Abbas, Dr. Otib Satibi M.Pd, serta beberapa dosen UNJ dari Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.


Seruan berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB di mana para peserta berkumpul di Teater Terbuka UNJ sebelum melakukan long march menuju Halte Transjakarta Rawamangun. Kegiatan ini berlangsung damai dengan pembacaan orasi dan puisi oleh perwakilan mahasiswa yang membangkitkan semangat para peserta.


Pada dasarnya, aksi ini memiliki tujuan untuk menyuarakan keresahan masyarakat terkait beberapa hal yang menimbulkan kekecewaan. Dimulai dari penyalahgunaan kekuasaan dalam pemilihan umum 2024 di mana Presiden Joko Widodo menyatakan keberpihakannya dan secara terang-terangan memperbolehkan Presiden serta para menterinya untuk berkampanye. Tindakan tersebut jelas bertentangan dengan dengan pemilu yang demokratis, jujur, independen, dan adil. Kemudian, harga bahan kebutuhan pokok yang merangkak naik menjadi keluhan yang disuarakan sebab harga beras yang beredar di masyarakat telah menyentuh kenaikan harga sebesar 20% dan tercatat sebagai harga tertinggi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.




Tak hanya itu, aksi ini juga menyuarakan terkait dengan biaya pendidikan yang tidak sejalan dengan Indeks Program for International Student Assessment (PISA), pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang tidak pernah diusut kejelasannya, serta menuntut Presiden Joko Widodo untuk mundur dari jabatannya karena menggunakan kekuasaannya untuk melanggengkan dinasti politiknya.


Dalam pernyataannya, Prof. Dr. Hafidz Abbas menegaskan, “Janganlah mencurigai kampus karena sejatinya mereka menyuarakan kebebasan. Mudah-mudahan suara ini didengar oleh elit politik, tokoh-tokoh agama, serta masyarakat Indonesia sehingga kampus-kampus lain di seluruh tanah air bisa mengikuti pergerakan ini.” Ia menambahkan, “Suara akademisi dan warga kampus sepatutnya didengar sebab suara-suara mereka adalah suara yang jernih dan independen sebab mahasiswa hanya memiliki ambisi untuk belajar.”


Sementara itu, salah satu mahasiswa yang ikut dalam aksi ini menyatakan bahwa alasan di balik keikutsertaannya adalah kesadaran akan pelanggaran janji-janji yang dilakukan presiden, seperti tidak terwujudnya penurunan harga barang pokok, tidak adanya subsidi untuk harga BBM, serta pelanggaran konstitusi yang terjadi secara terang-terangan.


Jika seruan dan tuntutan dalam aksi ini diabaikan, aksi lanjutan akan digelar pada tanggal 9 Maret 2024, di mana seluruh Universitas di Indonesia diharapkan akan berpartisipasi dalam menyuarakan keadilan. SIGMA TV/Jati Pramudita


Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page